Propinsi Sulawesi Tengah memiliki 3 pulau terluar yang berbatasan langsung dengan perairan Malaysia dan Philipina yaitu Lingayan, Salando dan Dolangan. Dari ke-3 pulau tersebut hanya Lingayan yang memiliki penghuni.
Pulau ini dihuni
oleh 89 KK atau sekitar 356 jiwa, dengan luas pulau ± 140,40 Ha dan panjang
garis pantai ± 7,075 Km. Penduduknya berasal dari Suku Bugis, Mandar
dan Dondo yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tangkap tradisional
dan sisanya sebagai buruh kebun kelapa dalam.
Pulau ini masuk dalam wilayah administratif Kecamatan
Dampal Utara Kabupaten Toli-Toli Provinsi Sulawesi Tengah dengan posisi terluar
dari Pulau Sulawesi (mainland) dan perairannya
masuk dalam kawasan Ambalat Indonesia.
Nama Pulau
‘Lingayan’ berasal dari kata ‘Lingian’ yang menurut bahasa setempat berarti
‘tempat persinggahan’. Julukan ini
diberikan karena Pulau Lingayan sering menjadi tempat singgah oleh nelayan
dengan maksud untuk beristirahat atau berlindung dari cuaca buruk. Pulau Lingayan dianggap sebagai tempat
singgah yang nyaman sehingga para nelayan mulai membuat rumah non-permanen
sebagai tempat menginap hingga berhari-hari dan akhirnya hidup menetap. Inilah alasan pertama Pulau Lingayan memiliki
penghuni disamping karena memiliki vegetasi alami seperti pohon kelapa, pisang,
ubi kayu, pohon mangga dan vegetasi pantai seperti pohon bakau, padang lamun
dan terumbu karang yang dapat mendukung keberlangsungan hidup.
Pulau Lingayan
berkembang menjadi kampung dan secara administratif masuk dalam wilayah Dusun
VI (Jalejje) Desa Ogotua Kecamatan Dampal Utara Kabupaten Toli-Toli dengan
batas - batas wilayah sebagai berikut :
- Bagian Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi (Negara
Malaysia).
- Bagian Barat dengan Laut Sulawesi (Negara Indonesia).
- Bagian Timur berbatasan dengan daratan Desa Ogotua Pulau
Sulawesi (mainland) dan
- Bagian Selatan berbatasan dengan Teluk Dampal Kecamatan
Dampal Utara daratan mainland.
Secara geografis
pulau ini terletak pada titik koordinat 000 58” 46 LU dan 1200
14” 28 BT dengan luas ± 140,40 Ha dan panjang garis pantai 7,075 Km (Bappeda
Sulteng, 2012). Posisi ini menempatkan
Pulau Lingayan sebagai pulau terluar Indonesia dimana wilayah perairannya
berbatasan langsung dengan wilayah perairan Malaysia.
Jarak antara
Pulau Lingayan dan daratan Desa Ogotua yaitu + 3 mil laut atau +
5,4 km. Jarak yang cukup dekat ini,
menjadikan akses ke Pulau Lingayan cukup baik.
Interaksi antara penduduk di Pulau Lingayan dengan Desa Ogotua cukup
kuat dengan indikasi tingginya intensitas lalu lintas perahu dari dan ke pulau
setiap harinya atau lebih pada hari-hari pasar (Rabu dan Sabtu).
Moda transportasi
laut yang digunakan untuk mencapai pulau yaitu perahu motor tempel (katinting) berkapasitas
mesin 5,5 – 13,5 pk ber-merek Yamaha yang
dimiliki oleh penduduk baik yang berada di Pulau Lingayan maupun daratan Desa
Ogotua. Paling banyak jenis perahu yang
digunakan berbentuk perahu ‘Sandeng’ yaitu jenis perahu tradisional Suku
Mandar. Fungsi utama dari perahu motor digunakan
untuk menangkap ikan sehingga belum ada tranportasi khusus melayani aktivitas penyeberangan. Bagi para pengunjung yang akan ke Pulau
Lingayan dapat memanfaatkan jasa perahu para nelayan dengan imbalan sukarela.
Lingayan terdiri
atas 3 kampung yang dinamai sesuai dengan suku asal penduduk yang mendiami,
yaitu :
- Kampung Dondo atau Kampung Tanjung yang terletak di sebelah
utara pulau yang didiami oleh mayoritas penduduk berasal dari Suku Dondo
(Kabupaten Toli-toli Provinsi Sulawesi Tengah).
- Kampung Bugis atau Kampung Tengah yang terletak di tengah
pulau dan didiami oleh mayoritas penduduk berasal dari Suku Bugis (Provinsi
Sulawesi Selatan).
- Kampung Mamuju yang terletak di sebelah selatan pulau
yang didiami oleh mayoritas penduduk yang berasal dari Suku Mandar
(Mamuju-Provinsi Sulawesi Barat).
Suku-suku yang
mendiami Pulau Lingayan masih terikat kuat dengan asal daerah mereka yang
ditunjukkan dengan rutinitas ‘pulang kampung’ pada saat hari-hari raya
keagamaan atau acara-acara kekeluargaan seperti pernikahan, naik haji dan lainnya.
Pulau Lingayan memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut seperti hutan mangrove, terumbu karang, lamun, dan potensi sumberdaya ikan pelagik dan karang. Selain itu, potensi sosial seperti interkasi sosial yang baik diantara masyarakat.
Hanya saja, pembangunan belum banyak menyentuh pulau lingayan, penduduk pulau memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah, pendidikan yang rendah, tidak adanya aktivitas ekonomi masyarakat dan terlihat indikasi aktivitas illegal fishing (pembiusan dan bom ikan) dan pemanfaatan SD pesisir dan laut yang bersifat destructive. Selain itu, semua proyek-proyek pemerintah yang digulirkan menunjukkan kegagalan karena tidak disertai proses pembinaan lanjut*.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar